Di dalam setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah
terhadap muslim terdapat sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu hal-hal yang
primer atau wajib dan yang bersifat sekunder atau sunat. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa setiap ibadah mempunyai aspek wajib dan aspek sunat.
Sesuatu yang disebut wajib harus dikerjakan, tidak boleh
ditinggalkan. Diberi pahala (ganjaran) bagi yang mengerjakannya dan diberi
hukuman (siksaan) bagi yang meninggalkannya. Tetapi sesuatu yang disebut sunnat
adalah sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, tetapi bagi yang
mengerjakannya diberi pahala dan yang meninggalkannya tidak dapat hukuman
apa-apa. Yang sunat sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Yang wajib merupakan
hal yang pokok, sedangkan yang sunat merupakan hal cabang. Yang wajib adalah
unsur utama dan pertama, sedangkan yang sunat adalah unsur pelengkap dan kedua.
Puasa Ramadhan dalam pandangan agama kita merupakan sesuatu
yang wajib. Karena itu, seorang muslim yang berpuasa diberi ganjaran pahala
oleh Allah, sedangkan yang meninggalkannya akan mendapat dosa dan akan siksaan
Allah swt. Di dalam puasa terdapat banyak unsur pelengkap yang dinamakan
aksesoris puasa, yaitu hal-hal yang sangat dianjurkan dan disunatkan untuk
dilakukan seiring dengan pelaksanaan puasa Ramadhan..
Puasa itu bagaikan sebuah rumah. Sebuah rumah mesti memliki
unsur utama dan unsur pelengkap. Unsur utama rumah adalah semua bagian-bagian
yang penting dari rumah itu. Rumah harus memiliki fondasi, tiang, memiliki
tembok, memiliki atap, memiliki pintu, memiliki jendela, dan lain-lain.
Unsur pelengkap rumah adalah perabot-perabotnya. Unsur
pelengkap rumah bagi setiap orang bisa berbeda-beda.Ada orang yang memliki
rumah yang perabot-perabotnya lengkap, ada orang yang perabot-perabotnya
kurang, dan bahkan ada orang yang perabot-perabot rumahnya sangat minim. Di
antara perabot-perabot rumah itu ialah kursi dan meja tamu, tempat tidur,
lemari, meja tulis, AC, kulkas, dll. Dapat dibayangkan kalau kita tinggal di
sebuah rumah yang tidak ada perabot-perabotnya.
Demikianlah pula puasa itu, di samping harus memiliki
unsur-unsur utama, juga harus dilengkapi dengan unsur-unsur pelengkap di
antaranya:
1. Membaca Al-Qur’an
2. Berzikir
3. Qiyamul lalil (salat malam)
4. Bersedakah
5. I’tikaf di Masjid
6. Melakukan umrah Ramadhan
7. Menghidupkan lailatul qadr dengan ibadah
Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah adanya lailatul
qadr di dalamnya. Lailatul qadr tidak terdapat pada bulan-bulan yang lain, ia
hanya ada pada bulan Ramadhan. Lailatul qadr (malam kemuliaan) adalah suatu
malam yang memiliki nilai yang paling tinggi dari malam-malam yang lain. Malam
qadr (lalatul qadri), seperti yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam
Al-Qur’an, lebih baik dan lebih utama daripada seribu bulan. Yang dimaksud
adalah bahwa suatu amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dan lebih
utama daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada
malam kemuliaan.Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 - 5]
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an) di atas
adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah
menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan
senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi
perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3)
yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan
Bani Israil selama seribu bulan itu.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil
terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan
berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama
seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang
menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan
yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel
tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada
Allah karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para
sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada
umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja.
Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah
pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena
itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur’an, bersedekah, dan
berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.
Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?
Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10
malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr
itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada
malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari dan
HR Muslim]
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7
malam terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat
lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya
hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad ber-i’tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam
terakhir:
Aisyah r.a. berkata, “Nabi apabila telah masuk sepuluh malam
(yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan
malam, dan membangunkan istri beliau.” [HR Bukhari]
Nabi juga bersabda : "Barangsiapa mendirikan malam
(sholat) Lailatul qodar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka
dosa-dosanya yang telah lewat diampuni." [Hadits Riwayat Imam Bukhori dan
Imam Muslim]
Lalu apa yang dibaca ketika malam Lailatul Qodar? Dari
‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu
malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau
bersabda: “bacalah:
Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa' fu'anni
(artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun,
Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu
Dawud.
Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia
Ciri-ciri dari orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar
adalah dia ibadahnya lebih rajin daripada sebelumnya. Dia jadi lebih rajin
shalat, puasa, sedekah, dsb. Tidak berani mengerjakan hal-hal yang maksiat.
Tidak mungkin dia mabuk-mabukan, berjudi, atau pun mendekati zina.
Oleh karena itu, Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini
kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Memperbanyak beribadah kepada Allah,
memperbanyak mendekatkan diri kepadaNya disaat orang-orang sudah sibuk
meramaikan pasar-pasar. Kita usahakan tetap meramaikan masjid. Semoga Allah
menerima amal ibadah kita dan mengampuni segala dosa kita. Amin.
MAKNA KHUTBAH :
·
Lailatul
Qadar merupakan satu malam yang mempunyai kelebihan lebih seribu bulan yang
lain. Ini dapat kita lihat daripada apa yang telah dinukilkan oleh Allah di
dalam al-Quran dalam surah al-Qadar.
·
Menambah
iman umat manusia beragam islam.
·
Memberi
tahu bagaimana cara mendapatkan nikmat lailatul qadar.
·
Mengatahui
Arti lailatur qadar.
·
Mengetahui
Bahwa lailatur qadar benar benar ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar