Sabtu, 09 Agustus 2014

Materi Penyuluhan Spesifik Lokas




Mahluk Halus Untungkan Petambak Udang



Pembudidaya di dusun Sabbangparu desa Tasiwalie dan desa Wiringtasi kecamatan Suppa, Pinrang sukses panen bandeng dan udang windu. Dalam setahun pembudidaya di daerah itu bisa panen smpai lima kali berkat wereng sebagai makanan alami bagi udang dan bandeng.
Ridwan, Idris dan Bahar yang menggarap puluhan hektar tambak sudah enam tahun menikmati hasil panen komoditi perikanan tersebut. Sementara petambak yang ada di tetangga desanya selalu mengeluhkan gagal panen. Wereng atau were merupakan istilah dari petambak di daerah ini yang diperuntukkan kepada “mahluk halus” yang menyerupai udang kecil seukuran jentik nyamuk yang hidup merangkak di lapisan tanah dan lumut dasar tambak. Binatang renik tersebut masuk dalam golongan udang-udangan atau krustaseae yang menjadi makanan empuk bagi udang windu dan ikan bandeng. “Binatang ini hanya terdapat di perairan sekitar teluk pare masuk ke muara sungai dan saluran tambak di desa Tasiwalie dan Wiringtasi sehingga menjadi rezeki tersendiri bagi petambak di sini maka kami menyebutnya  were atau wereng,” kata Idris.
Wereng menjadi potensi lokal yang mampu menggenjot produksi udang windu di daerah itu. Jika potensi lokal ini dikembangkan lebih luas maka Pinrang ke depan akan meraih kembali predikat kejayaan udang windu seperti di periode tahun 1980-an. Untuk menghidupkan wereng di tambak perlu pengetahuan dan keterampilan khusus. Sebab jika salah dalam menumbuhkan maka akan menjadi kompetitor ikan bagi udang dan ikan yang dipelihara. Tapi, jika tepat dalam penanganan wereng maka cukup 70 hari pembudidaya bisa panen udang windu dengan ukuran size antara 25-30 ekor/kg.
Pengalaman panen udang windu dengan makanan alami dari wereng tambak juga dibuktikan oleh P, Kasau petambak di desa Wiringtasi. Namun dirinya pernah gagal karena salah aplikasi dalam menangani wereng.”Waktu itu populasi wereng cukup banyak menyebabkan terjadinya persaingan konsumsi oksigen  sehingga ikan dan udang yang dibudidayakan secara polikultur sulit bernapas akhirnya mati,” ungkapnya.  
Sukses budidaya tambak dengan metode wereng yang diraih pembudidaya di Suppa tidak datang begitu saja. Menurut Idris, paling tidak petambak harus memiliki 2-3 petakan tambak. Ketiga petakan tambak tersebut satu diantaranya digunakan untuk menggelondongkan benur. Sedangkan petak lainnya untuk penumbuhan dan perbanyakan populasi wereng dan petak pembesaran udang. “Ketiga petakan itu nantinya tetap digunakan sebagai pembesaran udang dengan sistim pindah,” kata Bahar.
Dijelaskan Idris, untuk mengembangbiakkan wereng di tambak perlu dilakukan persiapan media yaitu dimulai pengeringan lahan dan pemberantasan hama menggunakan saponin. Kemudian tambak dipupuk dengan urea, TSP dan dedak. Dedak tersebut lebih dahulu dipermentasi menggunakan ragi roti atau ragi tape lalu masukkan air sampai ketinggian 30 cm diatas pelataran tambak. Jika pertumbuhan plankton untuk makanan wereng sudah tersedia maka induk atau bibit wereng sebanyak 3 liter yang diperoleh dari stok di petakan tambak lain. “Ketika wereng yang dikultur selama 20 hari populasinya diperkirakan cukup untuk 15.000-20.000 ekor udang maka gelondongan udang seukuran rokok dapat dipindahkan ke petak tempat kultur wereng,” jelas Idris.   
Setelah dipelihara sekitar 45-50 hari udang sudah bisa panen dengan ukuran size 40 ekor/kg. Namun petambak belum puas harga dengan ukuran tersebut sehingga udang itu dipindah lagi ke petak yang lain dengan diberi makanan tambahan berupa ikan rucah atau ikan kering sehingga dalam tempo satu bonang (satu siklus pasang surut)  ukuran udang sudah capai size 30-35 ekor/kg. “Cara seperti ini berulang hingga kami bisa panen udang lima kali dan panen ikan dua kali setiap tahun dengan produksi udang bisa capai 1 ton dan bandeng 2-3 ton,” kata Ridwan.
Pembudidaya yang akan mencoba  memelihara udang dan bandeng metode wereng perlu lebih awal membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dengan cara belajar dari petambak yang telah sukses. Sebab jika salah dalam penanganan wereng akan berakibat fatal karena jika populasi wereng berkurang bisa menyebabkan udang malas makan akhirnya mati total. Demikian sebaliknya, udang dan bandeng akan mati total karena kekurangan oksigen akibat populasi wereng berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar